11.29.2006

Televisi (The Upstairs - JKT : SKRG)

Menyedihkan. Sekarang banyak kasus kekerasan yang terjadi di kalangan anak-anak SD, bahkan sampai ada yang meninggal dunia, karena meniru tayangan Smackdown. Begitu besar influence tayangan tersebut hingga banyak anak-anak yang "bermain" dengan meniru-niru jagoan gulat mereka.

Televisi memang membawa efek yang besar bagi manusia, terlebih lagi bagi anak-anak. Apa yang ditampilkan televisi biasanya mudah merasuk ke dalam pikiran. Dalam hal ini, acara Smackdown yang menampilkan berbagai pegulat dengan kegagahannya serta maskulinitas benar-benar dapat diterima oleh anak-anak sebagai sosok idola. Sebagaimana anak laki-laki pada umumnya, di usia seperti anak-anak SD itu lah mereka mencari figur yang bisa diidolai, yang membawa label "gagah" dan "maskulin", sehingga mereka pun bisa meniru segala gerak-gerik idola mereka itu.

Sayangnya, yang muncul dari tayangan tersebut adalah sosok pegulat dengan aksi-aksi kekerasan yang sebenarnya memang bukan untuk konsumsi anak-anak. Menyedihkan.

Saya sangat prihatin. Apalagi, saya punya banyak sepupu yang masih seusia dengan korban-korban Smackdown lainnya, dan sepupu-sepupu saya itu pun, yang saya tahu, mereka suka mengikuti apa yang ditampilkan di program tersebut.

Dulu, waktu saya masih SD, saya dan teman-teman juga sering meniru-niru program televisi. Tapi, yang saat itu kami tiru adalah program-program kuis, seperti kuis Piramida, Famili 100, dan Kata Berkait. Sedikit konyol kalau dibandingkan dengan era saat ini. Mana ada anak-anak yang mau main games seperti itu.

Sekarang, saya pun masih sering mengadaptasi acara-acara televisi untuk "dimainkan" di kehidupan nyata. Beberapa waktu yang lalu, di saat jam istirahat kuliah, saya dan teman-teman kampus bermain Amazing Race, lomba cepat-cepatan menuju lokasi tertentu, yang saat itu kami pilih adalah kantin bengkok, karena kami memang sedang istirahat dan ingin makan siang. Bodoh.

Ya sudah lah, cukup tentang televisinya.

Fin.

11.28.2006

So Sick (Ne-Yo - In My Own Words)

Sekarang saya sedang sakit. Sudah dari hari minggu kemaren badan saya panas, dan sampe saat ini masih dalam tahap penyembuhan.

Hari minggu, walau badan udah nggak enak, tapi masih aja jalan-jalan ke ak'sara. Seninnya, bener-bener udah sakit, nggak masuk kuliah karena masih di Jakarta. Selasa, udah di Bandung, tapi saya masih sakit, jadi mesti istirahat di kost.

Fin.

11.26.2006

The Village (M. Night Shyamalan, 2004)

Saya sudah pulang dari Tasikmalaya, tepatnya Desa Karangmulya. Susah ternyata hidup di desa, dan membuat penelitian pun sama sulitnya.

Terimakasih saya selama ekskursi untuk :

Aspirin. Hand sanitizer. Soffel mosquito repellent. Crispy seaweed snacks. Kenny's slim mint. iPod. Star ANTV. My teammate, Anna Banana, Arin, Ajeng, Nessya, Kenny, Amal, Danial, Bagus, Diza, Jo. Our homestay family, Mrs. Yayah and her two son. Meatball, milk coffee, and fanta hawker stand.

Terimakasih saya, dalam takaran kecil, untuk :

Our tutor, "thanks" for the seriousness instead of fun and thanks for the "onion peeling" lesson. Mr. Ateng, "thanks" for the blah blah bullshit talk on our midnight madness which actually we didn't expect to hear but it made us awake, seriously.

Empat hari yang awalnya saya kira akan panjang ternyata terlalui dengan singkat.

Fin.

PS : Terimakasih untuk Diza yang sudah "menguji" emosi saya kemarin. Maaf saya kemarin sempat sebel dan benci sama Diza.

11.21.2006

Say Goobye (Ivy - Guestroom)

Bukan. Ini bukan postingan perpisahan.

Saya hanya ingin mengucapkan selamat berpisah kepada kalian semua, untuk sementara. Karena besok saya harus berangkat ke Tasikmalaya untuk melakukan studi lapangan atau ekskursi. Sebentar sih, cuma 4 hari saja.

Ngomong-ngomong ekskursi, saya teringat tesis semasa SMA di Kuningan, yang notabene mirip-mirip dengan ekskursi kali ini. Benar-benar memori yang tak bisa dilupakan, menyenangkan namun bercampur dengan kekesalan pula.

Barang-barang bawaan saya sudah saya siapkan barusan. Baju-baju, alat mandi, alat tulis, sampai makanan. Oh iya, tadi pagi dibagikan ID card SBM. Menurut gosip yang beredar, selain untuk identitas diri selama ekskursi besok, ID card itu juga bakal jadi semacam kartu mahasiswa kedua. Kenapa? Karena nantinya setiap mau masuk ke gedung SBM, kita harus menunjukkan ID card itu dulu, atau kita tidak boleh masuk.

Ya sudah lah, saya mau istirahat dulu, besok harus bangun pagi.

Fin.

PS : Saya berhasil jadi "artis lewat" menyaingi Dito dengan Indonesian Idol-nya. Tadi sore, saya muncul beberapa detik di Metro Kampus, di liputan tentang JGTC. Cerita lengkapnya menyusul setelah ekskursi ya.

11.17.2006

Philippines, Oh Philippines

Kemaren, saya berkenalan dengan seseorang dari Filipina di sebuah forum online. Sayangnya saya lupa menanyakan namanya, kita sebut saja dia sebagai "Pinoy Boy", secara dia berasal dari Filipina, makanya disebut sebagai Pinoy.

Selama ini, saya selalu bertanya-tanya pada diri saya sendiri, "Apa sih arti lirik lagu Filipina yang pernah saya denger dan selalu teringat di kepala saya?"

Bunyi liriknya begini, "Mahal kita.. Kahit na ako'y hindi mo ibigin".

Lagu itu saya denger kira-kira waktu saya masih SMP kelas 1 atau 2 lah. Dan mulai dari saat itu, lirik yang satu itu terus menempel di kepala. Percaya apa nggak, saya cuma mendengar lagu itu sekali aja, cuma waktu pertama kali itu aja.

Nah, kemaren, setelah berkenalan dengan Pinoy Boy, saya iseng-iseng menanyakan arti dari lirik lagu tadi. Dan hasilnyaaa...

Lirik itu benar-benar membuat saya tersinggung. Bukan karena liriknya mengejek atau apa, tapi karena lirik itu seperti menyindir saya.

"Mahal kita.. Kahit na ako'y hindi mo ibigin" memiliki arti "I love you.. Even if you don't love me"

Kurang ajar kan ya? Seperti menyindir isi hati saya aja tuh lagu.

Sebel ah!

Ganti topik deh. Tadi pagi saya dan teman-teman berolahraga pagi di hutan kota Juanda di Dago Pakar, untuk mata kuliah fitness. Kita cross country menyusuri jogging track yang ternyata tembus hingga ke air terjun Maribaya, dekat Lembang. Jauh juga ya?

Maka dari itu, saya yang tahu kapasitas diri saya sendiri, sudah dari jauh-jauh hari merencanakan untuk tidak masuk kelas performance skill di jam 2 siangnya. Karena saya yakin saya bakal capek banget habis cross country. Tapi ternyata, saat ini saya nggak ngerasa capek tuh. Tapi, tetep aja saya nggak masuk kelas performance skill.

Terus, terus, besok saya bakal pulang ke Jakarta. Tapi, saya males balik ke rumah, jadinya antara nginep di rumah temennya Diza atau nginep di rumah Dimas. Sama aja sih, karena dua-duanya bakalan ke JGTC juga. Kalo ada yang bingung kenapa saya mau nginep di rumah temennya Diza yang notabene saya belom kenal, itu karena saya ke Jakarta nebeng Diza. Jadi, sekalian aja ikut terus selama di Jakarta. Hehehehe.

Ya sudahlah, lihat besok saja.

Fin.

11.12.2006

Something To Talk About (Badly Drawn Boy - About A Boy)

Saya kagum dengan salah satu teman saya.

Dia cukup relijius (kalau dibandingkan dengan saya mah, jauh relijius dia banget), ramah dengan semua orang, mau berteman dengan siapa saja. Dia juga selalu berusaha berbuat baik, perhatian sama keluarganya, sayang pacarnya. Dan dia nggak ngerokok sama "minum" lagi semenjak kuliah, yang mana teman-teman yang lain malah sebaliknya.

Hebat. Orang yang satu itu emang hebat lah pokoknya. Salut saya sama dia.

Ngomong-ngomong, saya baru tidur jam 4.00, dan sekarang saya sudah bangun. Artinya, malam ini saya hanya tidur 3 jam saja. Menyedihkan. Kenapa siklus tidur saya jadi kacau?

Hari ini saya nggak ada rencana kemana-mana. Lagi pula hari senin ada quiz natural science, mendingan saya belajar buat itu, walaupun saya sangat yakin ujung-ujungnya pasti nggak belajar juga.

Oh iya, saya juga pengen ngecilin jeans dan baju olahraga ITB saya. Masa' baju olahraga saya dikasih yang sizenya 4L, padahal saya dengan L atau 2L aja udah cukup. Sial.

Udah ah, saya mau lanjutin tidur.

Fin.

PS : Kalau ada yang ngerasa disebut-sebut, jangan ge-er yah. Saya cuma mengungkapkan kekaguman saja kok. Supaya saya termotivasi untuk lebih relijius, lebih baik, dan lebih perhatian.

11.11.2006

Friday Night, Saturday Morning (Nouvelle Vague - Nouvelle Vague)

Sesuai dengan lirik lagu yang menjadi judul postingan saya kali ini, itulah yang kira-kira terjadi pada saya

I go out on Friday night, and I come home on Saturday morning

Semalam saya baru tidur jam sekitar jam 3, setelah sebelumnya bersenang-senang di Newspaper, Paris van Java bersama teman-teman menggila saya, Dini, Miu, Jessie, dan kawan lama dari Jakarta, Dimas.

Kronologisnya begini :

19.30
Berangkat dari kost dijemput Dimas. Saya dan yang lainnya (selanjutnya disebut sebagai kami) pergi menjemput Miu di Dago.

19.45
Sampai di Dago, jemput Miu. Berangkat ke Istana Plaza buat ngambil kado pesenan Dini.

20.15
Ngambil kado di Istana Plaza. Muter-muter Ace Hardware. Sedikit kurang penting sih.

20.30
Pindah lagi ke Paris van Java, mau makan malem. Saya belum makan dari pagi karena saya baru bangun agak siang dan nggak sempet sarapan dan juga makan siang karena udah harus shalat jumat terus ke kampus. Jadi, kita berhenti di Newspaper. Tempatnya itu lumayan keren, agak kayak lounge gitu kalau yang di dalem.
Kami semua makan, Dimas makan Pad Thai, Dini, Miu, dan Jessie sharing vegetarian pizza, dan saya memesan Newspaper fried rice yang karena kebodohan waiternya berubah menjadi menu lain yakni sharing platter. Dasar bodoh! Karena udah lapar dan males complain, jadilah saya menikmati platter berupa kudapan ringan seperti spring roll dan kawan-kawannya.
Ternyata malam itu banyak yang berlalu-lalang di sana. Saya bertemu Dhani, Patra, Inka, Melissa, Mumuw, dan Danis. Sebenarnya ada juga Ringgo dan Aming, tapi sayangnya saya nggak kenal (ya iyalaah)
Pembicaraan malam itu beragam. Mulai dari ngobrolin teman-teman, main games bodoh yang saat ini menjadi trend di SBM, ngebuka aib-aib Jessie yang konyol-konyol, sampe nantangin Dini buat ngelempar kertas ke orang yang kami kenal.
Sekitar jam 23.00an, Feral, lelakinya Dini, datang. Sayangnya dia cuma diem-diem saja. Kalau ada yang lucu juga, dia cuma ketawa-ketawa kecil. Agak jaim gitu lah. Hehehehe.

23.45
Kami selesai. Setelah berpisah dengan Dini dan Feral di parkiran, kami beranjak masuk ke mobil. Tapi, sebelum masuk, Jessie mendengar dari OB van Radio Ardan kalau ada bagi-bagi tiket nonton di Blitz gratis. Tanpa pikir-pikir kami langsung mendatangi mobil OB van itu. Sayangnya, kami agak sedikit malu, jadinya nggak jadi deh. Hahaha.

00.15
Sampe di kost, kadonya Dini ketinggalan di mobil Dimas. Akhirnya mau dibalikin Dimas hari sabtu ini. Saya, Jessie dan Miu mendatangi Potluck, niatnya mau lanjut ngobrol-ngobrol lagi. Sayangnya, Potluck baru saja tutup. Akhirnya Miu pulang ke kostnya, saya dan Jessie juga kembali ke kost.

00.20
Saya belum bisa tidur. Akhirnya saya buka laptop dan main internet sampe sekitar jam 3. Saya berhasil mendownload 2 lagu Royksopp. Ya pokoknya saya baru tidur sekitar pukul 3.

Saya terbangun jam 4.00, tidur lagi. Saya bangun jam 7.10 (saya ingat benar jamnya), lalu tidur lagi. Bangun lagi jam 8.00, tidur lagi. Sampai akhirnya jam 10.00 baru benar-benar terbangun.

Lalu menemani Jessi meminta maaf ke Ninda. Panjang ceritanya, pokoknya seru lah kayak film-film. Hiperbolis.

Siang ini tampaknya saya mau ke Gedebage bersama Ninda dan Jessie. Lalu sorenya saya mau menonton Polyester Embassy di AACC bersama Diza, dan katanya ada Rafdy dan Reno juga.

Pikir-pikir, kalau hari ini saya juga bakal pergi-pergi, kayaknya niat buat main ke Jakarta besok pagi saya batalin aja. Tadinya saya mau beli CD di ak'sara, lalu gantian menemani Dimas ke Senen. Tapi kayaknya nggak jadi. Minggu depan aja, saya mau pulang hari sabtu. Pulangnya juga diem-diem ah, nggak bilang sama nyokap-bokap. Mau nginep di rumah temen kayaknya.

Fin.

11.10.2006

Pahlawan Lokal (The Adams - V2.05)

10 November, hari pahlawan.

Mungkin banyak yang udah lupa sama hari pahlawan. Padahal kalau dipikir-pikir, hari pahlawan sangat penting buat kita peringati, di mana kita harus dan memang semestinya mengenang jasa pahlawan-pahlawan yang udah memperjuangkan Indonesia dari penjajahan.

Sayangnya, saat ini saya lagi males ngebahas nasionalisme atau patriotisme. Jadi, saya pikir lebih baik kita ngebahas tentang pahlawan yang lain.

Pahlawan super alias super hero!

Bukan sembarang pahlawan super, tapi pahlawan super produk lokal. Ayo, siapa favoritmu?

Pertama-tama, coba kita bikin daftar pahlawan super asli Indonesia :

1. Gatot Kaca



Sebenernya, "mas super" yang satu ini berasal dari epik pewayangan Jawa. Kesohoran akan "otot kawat tulang baja"-nya menjadikannya salah satu ikon pahlawan super versi lokal. Seringkali Gatot Kaca ditampilkan sebagai Superman Indonesia.

2. Gundala Putra Petir



Gundala adalah hasil adaptasi dari The Flash. Karakterisasi yang nyaris sama pun membuat Gundala tampak kurang meng-Indonesia. Tapi dengan kemampuan serba cepatnya, Gundala berhasil meraih popularitas seiiring maraknya komik lokal di era 70-an.

3. Si Buta dari Gua Hantu



Super hero yang satu ini lebih merakyat. Tampil sebagai disabled person, Si Buta yang selalu ditemani monyetnya ini terlihat sederhana dibandingkan teman-teman sesama super hero Indonesia. Kekuatan utamanya hanya ilmu bela diri. Ngomong-ngomong, saya jadi inget sama Daredevil yang juga sama-sama buta. Kebetulan saja kah?

4. Wiro Sableng



Super hero sinting. Namanya aja "sableng". Dia juga punya guru bela diri bernama Sinto Gendeng. Wiro ini terkenal dengan kapak naga geni 212, yang sampai saat ini pun saya masih belum tahu tentang asal-usil nomor 212 yang juga ada di dadanya itu.

5. Satria Nusantara
Mungkin kurang terkenal. Sosok Satria Nusantara ini muncul di pertengahan 90-an, saat saya masih duduk di bangku SD. Muncul di stasiun televisi TPI (kalau saya nggak salah inget) dalam bentuk animasi. Ya, animasi. Saya pun dulu sempat kagum dengan animasi Satria Nusantara ini. Maklum, jarang ada animasi lokal. Cara Satria Nusantara untuk "berubah" adalah dengan mengikat semacam ikat kepala berwarna merah-putih di kepalanya. Cukup konyol. Sayangnya, serial ini berakhir dalam waktu singkat dan tanpa kelanjutan lagi. Menyedihkan.

6. Robin (Robot Indonesia)
Yang satu ini juga kurang populer. Ia berasal dari penelitian seorang profesor. Ia juga memiliki beberapa teman, yaitu mahasiswa/i murid sang profesor itu. Robin ini memiliki kekuatan cyborg seperti Terminator (wah, saya terlalu jauh membandingkannya). Yang unik, serial ini mengambil setting di Jawa Barat, bukan di Jakarta seperti super hero lainnya. Lebih meng-Indonesiakan robot lah, maksudnya.

7. Saras 008



Bukan, ini bukan adik dari agen 007 James Bond. Tapi ini adalah pahlawan super yang serial televisinya disponsori oleh perusahaan telekomunikasi yang memiliki nomor SLJJ dengan kode 008. Saras ini merupakan pahlawan super hasil mutasi dirinya dengan kucing. Kalau ada masalah, tinggal panggil dia dengan menekan nomor telepon 008. Aneh. Selain itu, dia pun memiliki musuh bernama Mister Blek (ya, Blek bukan Black) dengan kaki-tangannya yang bodoh (stereotip sekali) bernama Bul Gombalgambul dan Bil Gombalgambil. Saras 008 sempat merajai serial televisi anak saat itu, sampai ia pun menjadi ikon superhero favorit anak-anak masa itu.

8. Panji Manusia Millenium
Panji Manusia Millenium muncul di awal millenium baru, saat di mana segala sesuatu harus berbau-bau millenium, dengan colour scheme metalik. Hasilnya, Panji tampil seperti Robin (bukan Robot Indonesia, tapi sparing-partnernya Batman) dengan warna hitam dan silver. Cukup gagah untuk ukuran saat itu. Digambarkan Panji adalah kepala panti asuhan yang juga memiliki kekuatan super seperti Superman. Oh iya, Panji ini pun dilengkapi dengan sayap jubah seperti Superman. Kepopuleran Panji ini juga disebabkan oleh sosok Primus, aktor yang memainkannya, yang pada saat itu sedang menanjak karirnya. Saking populernya Panji, sampai dibuat action figure. Sumpah! Saya pernah melihatnya di pasar, dijual satu paket lengkap dengan musuhnya (saya lupa namanya) atau paket duet dengan action figure Saras 008. Sayangnya, kualitas action figure-nya sangat menyedihkan karena tampak seperti mainan murahan produksi Cina.

Yang bisa saya ingat sampai saat ini ya cuma 8 nama di atas itu. Sepertinya sih masih banyak lagi, tapi saya nggak bisa mengingatnya.

Coba, kalau dari 8 nama di atas, saya paling suka dengan Satria Nusantara. Karena dia memadukan kekuatan Gatot Kaca dengan Superman. Ya, Satria Nusantara memang digambarkan sebagai Gatot Kaca versi modern.

Sekarang kasih tahu sama saya, siapa pahlawan super idola kamu? Tulis aja di comment atau di shout box sebelah kanan.

Fin.

PS : Tuh kan, gaya nulisnya berubah lagi. Kenapa ya?

Goodnight Song (Mocca - My Diary)

Saat ini gue masih terjaga, belum ngerasa ngantuk.
Dan saat ini pun, gue masih saja galau seperti postingan sebelumnya. Ya jelas saja, walaupun postingannya beda tanggal, tapi waktu postingannya nggak beda jauh. Itu karena saat ini waktu udah menunjukkan tepat tengah malam dan tanggal telah beralih menjadi 10 November.

Gue baru aja pulang dari ulangtahun Aska dan Aga di Congo, Dago Pakar. Ketemu si orang itu, dan dia kembali memberikan kebaikan buat gue. Cuma hal kecil sih, keciiil banget. Tapi tetep aja bikin gue tambah "mengambang". Bukan "mengambang" karena apa-apa, tapi karena gue merasa tambah galau.

Enam setengah jam lagi, gue udah harus siap buat kuliah olahraga. Kayaknya harus tidur sekarang deh, takut nggak bisa bangun nanti pagi.

Parahnya, beberapa temen gue sekarang langsung lanjut ke Amnesia dari ulangtahun Aska-Aga, buat menikmati malam. Apa nggak capek ya mereka?

Fin.

11.09.2006

Dunia Semu (The Milo - Let Me Begin)

Galau nih.

Pengen ngasih hadiah sama orang yang udah baik banget sama gue. Tapi setelah gue cek ke tempat semestinya gue beli hadiah itu, stok barangnya udah abis. Padahal, minggu lalu gue baru aja dari sana dan masih ada.

Ah, kenapa semua datangnya selalu terlambat.
Kenapa orang itu baru baik sama gue akhir-akhir ini?

Bukan akhir-akhir ini aja sih, sebenernya dia udah dari dulu baik sama gue. Gue aja yang baru sadar. Ah, goblok banget lo, Mo.

Tapi, kalo elo tahu cerita sebenernya tentang ini, mungkin elo nganggep si orang itu sebenernya biasa-biasa aja. Cuma gue aja yang melebih-lebihkan karena ada sesuatu.

Fin.

11.08.2006

Simply (Dee - Out Of Shell)

I stand here with a thousand words and tons of hopes
But blankness is the place they ended up the most
I'm lost in the frequency of the oddities
It feels so hard to breathe
I'm like hapless piece of symphony that no one really cares to hear

You simply inspire me
Collide into me
But no one's there
So why don't you hold me
Why don't you move me
So I know you careI wonder how far to go
To simply have you
And simply keep you

And now when everything has been said and done
In silence I can only wish I am the one
I'm floating like a bubble that will pop and be gone
Just trying to make you see
The simplicity of lock and key
And how you're never ever there to free me


Njrit!!! Lagu ini sedikit banyak (padanan kata yang cukup aneh) menggambarkan bagaimana gue saat ini.

Aaah, ayo lah, Primo. Realistis!!!

11.06.2006

Riding Alone For Thousand Of Miles (Zhang Yimou, 2006)

Sebagai manusia, wajar kalau kita kadang menginginkan kesendirian. Privasi. Tapi, jika kita terlarut dalam hening dan sunyinya kesendirian itu, dan terjebak di dalamnya hingga kita tak lagi ingin beranjak dari rasa itu, masih wajarkah?

Saya, bisa menjadi spesimen dari kasus di atas. Dilahirkan sebagai anak tunggal, di mana saya harus bisa menjadi "orang lain" bagi diri saya sendiri, yang nantinya akan membantu saya, menemani saya, memotivasi saya, dengan masih banyak lagi. Ternyata, karena saya hanya berkutat pada diri sendiri, lama-lama saya menjadi kurang peduli dengan lingkungan sekitar saya karena "terlalu asyik" dengan diri sendiri. Hingga perasaan nyaman dengan kesendirian itu terus berlanjut dan terbawa hingga saya besar dan hampir dewasa saat ini.

Di lingkungan kuliah saat ini, di mana semua orang berusaha mengaktualisasi diri dengan berkumpul dan bermain bersama, saya justru lebih menikmati berada di dunia kesendirian saya. Kalau kadang saya ikut dengan perkumpulan itu, malah ketidaknyamanan yang saya rasakan. Rasanya ingin cepat-cepat memisahkan diri dan kembali berkubang dalam utopia imaji saya, di mana saya jauh merasa tenang dan nyaman.

Mereka bilang saya autis, anti-sosial, eksklusif. Toh, saya tidak peduli. Buat apa saya melakukan suatu hal hanya untuk orang lain, yang nantinya malah membuat saya tidak senang.

Fin.

PS : Maaf ya kalau gaya menulis saya seringkali berubah-ubah. Dari penggunaan kalimat yang "kasual", kemudian menjadi kaku dengan bahasa sedikit baku ini. Mulai dari "gue" sampai sekarang menjadi "saya". Itulah hidup, seringkali berubah. Fuck.